Sabtu, 24 November 2012

Hasil Panen Ubi Kayu Bersaing Ketat Dengan Tanaman Kayu


Berikut ini kita akan dibahas tentang keberhasilan seseorang (seperti yang dimuat di Majalah Trubus) yang dapat meningkatkan produksi singkong yang biasanya hanya 20-30 ton per hektar  menjadi 200 ton/Ha, sehingga dalam 1 tahun menerima penghasilkan bersih sekitar Rp 46 juta/tahun atau Rp 230 juta dalam 5 tahun.Tanaman kayu Sengon dan Jabon yang cepat besar baru bisa dinikmati hasil panennya paling cepat selama 5 tahun sebesar Rp 210 juta.

Guludan tanah diperlukan untuk perakaran singkong lebih leluasa  

Pensiun dini dari sebuah bank, berpendidikan sarjana, dan datang dari keluarga berada, Yordan Bangsaratoe memilih menjadi pekebun singkong, bahan baku bioetanol. Beragam cibiran seperti orang gila, tak menyurutkan niatnya. Kini dari kebun singkong ia menuai laba bersih Rp40-juta per ha, jauh lebih besar ketimbang gaji sebagai karyawan bank. Rahasianya? Ia menggenjot produksi hingga 120 ton/ha; pekebun lain rata-rata cuma 20-30 ton per ha.

Usianya 38 tahun ketika bank tempatnya bekerja selama 9 tahun itu dilikuidasi. Namanya tercatat dalam deretan karyawan yang harus 'pensiun dini'. Sarjana Ekonomi alumnus Universitas Lampung itu sempat gamang. Untuk apa uang pesangon itu? Ia akhirnya memutuskan menanam singkong, komoditas yang banyak diusahakan di Lampung. Yordan tertantang lantaran banyak petani singkong di bumi Ruwai Jurai itu miskin.

Setelah bertemu peneliti, berselancar di dunia maya, dan membaca pustaka, Yordan menyambung bibit singkong. Ia menjadikan singkong kasetsart sebagai batang bawah dan singkong karet sebagai batang atas. Kasetsart dipilih sebagai batang bawah karena unggul. 'Potensi hasilnya mencapai 30 ton/hektar,' kata Yordan.

Soal singkong karet? Varietas yang tidak menghasilkan ubi itu berdaun rimbun. Yordan berasumsi, dengan banyaknya jumlah daun, maka pertumbuhan ubi semakin besar. Sebab, daun tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Dari proses itu dihasilkan makanan yang akan dipasok ke seluruh bagian tanaman. Sedangkan kelebihannya akan disimpan dalam umbi. Penyambungan itu ia lakukan sendiri untuk menghasilkan 4.400-4.500 bibit. Itu cukup untuk penanaman di lahan 1 ha.

Ayah 2 anak itu menyiapkan bibit pada musim kemarau. Sambungan antara singkong kasetsart dan singkong karet diikat dengan plastik. Ia rutin mengontrol pertumbuhan bibit di persemaian selama sebulan. Jika terjadi penyumbatan alias bottleneck, dipastikan sambungan tidak sempurna, jadi tidak layak dijadikan bibit. Bila kulit batang dan gabus berwarna putih dan tumbuh mata tunas, maka penyambungan itu berhasil.

Sebulan pascapenyambungan, ia memindahtanamkan bibit ke lahan setelah memotong bagian akar. Yordan membudidayakan anggota famili Euphorbiaceae itu berjarak tanam 1,5 m x 1,5 m sehingga populasi 4.400-4.500 batang per ha. Itu cukup memberikan ruang bagi singkong untuk tumbuh maksimal. Bandingkan dengan jarak tanam pekebun lain 1 m x 1 m-total populasi lebih dari 9.000 tanaman-sehingga tampak rapat. Dampaknya, produksi justru rendah.

Menurut Yordan, jarak tanam lebar bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan produksi singkong. 'Komposisi pupuk kunci utamanya, bukan banyaknya pupuk,' kata pria kelahiran 11 Desember 1960 itu. Yordan menaburkan 5 ton pupuk kandang per ha di lahan yang sudah diolah. Empat hari usai tanam, ia menambahkan 0,5 gram pupuk NPK di sekeliling batang. Total pupuk NPK yang diberikan 200 kg.

Ia kembali memberikan total 300 kg NPK ketika kerabat karet itu berumur 3 bulan. Yordan memanen singkong berumur 10 bulan. Produktivitas ubikayu yang dibudidayakan di Madukoro, Lampung Utara, itu mencapai 30 kg per tanaman atau sekitar 120 ton per hektar. Saat ini, ia mengebunkan 17 ha. Dengan begitu ia mampu memanen 80 ton singkong per hari. Dengan kadar pati 30%, hanya perlu 4 kg singkong untuk menghasilkan 1 liter bioetanol; varietas lain, 6 kg.

Yang juga menerapkan sistem budidaya intesif adalah Tjutju Juniar Sholiha, pekebun singkong di Sukabumi, Jawa Barat. Ia berpegang pada komposisi pupuk untuk memaksimalkan singkong varietas darul hidayah. 'Bila tidak dipupuk, bobot umbi paling 15-20 kg. Tapi dengan pemupukan intensif, produksi menjulang 20-40 kg per tanaman,' katanya.

Rendam

Sebelum menanam, Tjutju merendam bibit sepanjang 10-15 cm dalam pupuk organik cair selama 3 jam. Bukan cuma sebagian, tetapi seluruh permukaan bibit terendam dalam pupuk. Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Ia menanam bibit-tanpa daun-berjarak 2,5 m x 1 m sehingga total populasi 5.000 tanaman. Alumnus Fakultas Biologi Universitas Nasional itu langsung memberikan 1 kg kompos per tanaman sekaligus menyiramkan pupuk organik cair. Hanya dalam waktu 2 pekan, bibit memunculkan tunas muda.

Singkong sambung, yang diatas jenis singkong karet
Perempuan kelahiran Bandung 17 Juni 1969 itu kembali memberikan pupuk organik cair pada bulan kedua dan keempat dengan total dosis per bulan sebanyak 2 liter untuk seluruh tanaman. Sedangkan pada bulan ketiga dan kelima ia memberikan 600 kg Urea dan 495 kg NPK di bawah tajuk tanaman. Setelah bulan kelima hingga panen, ia tak pernah memupuk lagi.

Oleh karena itu, penanaman sebaiknya saat musim hujan. Dengan budidaya seperti itu Manihot utillisima berproduksi maksimal, 200 ton per hektar atau rata-rata 40 kg per tanaman. Bahkan ia pernah memanen 100 kg umbi dari 1 tanaman. Hasil penelitian Institut Pertanian Bogor, singkong darul hidayah yang dikembangkan Tjutju berkadar pati 32%.

Yordan dan Tjutju mantap berkebun singkong lantaran pasar terbuka lebar. Produsen bioetanol dan tapioka menyerap singkong produksi mereka. Dengan harga Rp 520 per kg, Yordan meraup omzet Rp62-juta per ha. Padahal, biaya produksi hanya Rp130 per kg sehingga laba bersih Yordan Rp46-juta per ha. Saat ini ia mengelola 10 ha lahan. Tingginya produksi singkong mereka menjadi incaran Korea, China, Taiwan, dan Kamboja. 'Karena produksi bibit masih terbatas, saya baru akan memasok Kamboja,' kata Tjutju.
(Lani Marliani/Peliput: Faiz Yajri)

sumber : http://kebun-singkong.blogspot.com/2009/08/perkebunan-singkong-satu-hektar-200-ton.html


ANALISA KEUNTUNGAN TANAM JABON BERSAMA PT. BERKAT AGRO JAYA

Sistem kami hampir sama dengan waralaba dimana anda tidak perlu menjadi ahli dalam menanam, memilih lokasi, meracik pupuk, mengatasi hama, dll. Cukup serahkan kepada kami PT. Berkat Agro Jaya, percayakan investasi jabon anda pada kami.
Sistem kerja sama yang kami lakukan adalah sistem bagi hasil dimana investor akan mendapatkan keuntungan 60% sedangkan kami selaku pengelola mendapatkan 40%
Lalu berapa modal yang saya butuhkan untuk memulai investasi ?
Musim tanam November 2012
Modal minimal hanya dengan Rp. 70.000.000,- anda sudah mendapatkan :
  1. Sewa lahan  seluas 1 HA selama 6 tahun
  2. Bibit jabon sebanyak 700 pohon (jarak tanam 4 x 4)
  3. Asuransi*
  4. Garansi Kepuasan (akan kami kembalikan 200% dana anda apabila anda tidak puas dengan hasil panen) *
  5. Jaminan kayu jabon anda pasti laku terjual.
  6. Biaya perawatan selama 6 tahun ( pupuk, tenaga kerja , dll)
  7. Laporan setiap 6 bulan sekali berupa video, foto, dan laporan tertulis tentang perkembangan tanaman anda.
  8. Free konsultasi seputar perkebunan jabon anda selama 6 tahun.
  9. Pendampingan ke lapangan / lokasi perkebunan anda.
PERHITUNGAN KEUNTUNGAN INVESTOR :
Dengan asumsi :
- Harga kayu tidak mengalami kenaikan 6 tahun ke depan
- Pohon Jabon tumbuh sempurna 700 pohon jabon
- Diameter rata-rata 30-39 cm
60% X 700 Pohon Jabon X Rp.1.000.000 = Rp. 420.000.000
Hanya dengan modal Rp.70.000.000 dalam 6 tahun menjadi Rp. 420.000.000 peningkatan lebih dari 500%
Namun semua bidang investasi dan bisnis pasti ada tingkat kegagalannya, mari kita berasumsi bahwa usaha / investasi kita ini gagal hingga 50%
60% X 350 Pohon Jabon X Rp.1.000.000 = Rp. 210.000.000
Dengan asumsi kegagalan hingga 50% saja anda selaku investor masih dapat menikmati keuntungan lebih dari 250%
Sumber : rajajabon.com