Tanaman karet disamping diambil kayunya setelah berumur 40 tahun, dapat diambil getahnya secara rutin setelah berumur 5 - 6 tahun. Pada saat penanaman awal petani mendapatkan hasil dari tumpangsari, sedangkan pada umur produktif diatas 3 tahun dapat menghasilkan getah dan hasil tumpangsari. Jenis tumpangsari apa yang menguntungkan petani ?
Tanaman sela Jahe, hortikultura.deptan.go.id
Tanaman karet sudah biasa di lakukan tumpang sari dengan tanaman lain disesuaikan dengan umur penanaman karet :
a. Saat Karet berumur dibawah 3 tahun
Jenis tanaman sela berupa : padi, kedelai dan jagung,semangka, nilam
b.Saat karet berumur diatas 3 tahun
Jenis tanaman sela berupa : Porang, Kapulaga, petai,jengkol,durian,kayu dan tanaman jahe merah. Tanaman jahe merah memiliki keunggulan merupakan tanaman yang sangat mudah di budidayakan dan hampir tidak banyak hama penyakit yang menyerang jahe merah, tanaman jahe merah merupakan tanaman yang mampu hidup secara liar di hutan apalagi jika tanaman jahe merah ini di budidayakan secara baik.
a. Saat Karet berumur dibawah 3 tahun
Jenis tanaman sela berupa : padi, kedelai dan jagung,semangka, nilam
b.Saat karet berumur diatas 3 tahun
Jenis tanaman sela berupa : Porang, Kapulaga, petai,jengkol,durian,kayu dan tanaman jahe merah. Tanaman jahe merah memiliki keunggulan merupakan tanaman yang sangat mudah di budidayakan dan hampir tidak banyak hama penyakit yang menyerang jahe merah, tanaman jahe merah merupakan tanaman yang mampu hidup secara liar di hutan apalagi jika tanaman jahe merah ini di budidayakan secara baik.
Tanaman jahe merah merupakan salah satu jenis varian jahe yang memiliki ukuran rimpang paling kecil namun mengandung minyak asiri, paling pedas, manfaat jahe baik untuk kesehatan sehingga selain di gunakan untuk bumbu dapur juga banyak di gunakan untuk bahan pembuatan jamu dan obat herbal bahkan biasa di gunakan untuk minuman tradisional yaitu bandrek. Melihat begitu banyak manfaat jahe merah maka akan sangat menjanjikan untuk di kembangkan bersama tanaman karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dari segi aspek ekonomis panen jahe merah per hektar mampu mencapai 10-15 ton per hektar jika tanaman sela jahe merah ini di tanam sekitar 50% dari luas 1 ha maka akan menghasilkan 5 ton/ha dengan harga jahe merah yang berkisar Rp 10.000/kg maka akan di peroleh tambahan Rp 50 juta untuk masa 8 -10 bulan sampai panen jahe merah, sangat menjanjikan jika di kelola dengan baik.
Dari segi budidaya jahe merah tidaklah sulit sangat mudah bagi para petani karet karena tidak membutuhkan teknik yang tinggi ibarat menanam ubi kayu tinggal menanam rimpangnya saja kemudian di rawat dan di bersihkan hanya saja yang perlu di persiapkan pemasaran jahe merah ini harus ada campur tangan dari pihak pemerintah terutama dinas pertanian agar tanaman sela jahe merah di antara tanaman karet dapat berkesinambungan dan akhirnya menciptakan lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan petani kecil.
Siapa bilang petani tidak bisa kaya dengan penghasilan karet tradisional kira-kira 15 kg/ha harga Rp10.000/kg maka akan di peroleh setiap hari Rp150.000 jika hari kerja 20 hari saja dalam sebulan maka akan di peroleh 3 juta/bulan cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan jika menanam tanaman sela jahe merah yang di kelola dengan baik maka dalam 8 -10 bulan akan mendapat tambahan 50 juta/tahun/Ha.via: ekonomi.kompasiana.com
Manfaat Tumpangsari Tanaman di Perkebunan karet
Beberapa keuntungan dan manfaat pengembangan ;
- Memanfaatkan lahan di bawah tegakan karet secara optimal, yang selama ini tidak dimanfaatkan dan banyak dibiarkan sebagai semak-semak.
- Meningkatkan produksi jahe dalam sekala besar dan komersial untuk kebutuhan industri jamu dan ekspor.
- Meningkatkan pemeliharaan tanaman karet melalui pembersihan dan pemanfaatan lahan di bawah tegakan yang selama ini tidak terurus
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman karet dan produksi dengan adanya pengaruh dari pemupukan dan pemeliharaan tanaman jahe di bawah karet.
- Memberikan tambahan keuntungan dan penghasilan bagi petani karet selama karet belum menghasilkan atau tambahan pendapatan diluar produksi karet.
Hasil analisis usahatani jahe menunjukkan, bahwa produksi jahe bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 181,25 juta, sementara pengeluaran untuk biaya produksi sebanyak Rp. 72,47 juta, dengan demikian keuntungan dalam usaha budidaya jahe selama satu musim akan mencapai 108,78 juta, untuk waktu produksi selama sembilan bulan.
Dengan demikian BC rasio usaha budidaya jahe adalah sebesar 2,51, bila harga jual Rp. 14.500/Kg dan tidak banyak hambatan dan serangan hama. Komponen terbesar dalam budidaya ini adalah untuk pembelian benih sebanyak 1,25 ton/Ha, sehingga memerlukan biaya sebesar Rp. 34,5 Juta, komponen kedua adalah pupuk organik sekitar 25 ton dengan biaya sekitar Rp. 25 Juta.
Karena penanaman jahe tumpangsari dengan karet, maka dari satu hektar lahan perkebunan karet, yang dapat dimanfaatkan diperkirakan hanya 0,5 ha, dan juga diperkirakan belum didapatkan produksi optimal. Dengan asumsi ini maka produksi hanya diperkirakan sekitar 80 % dari kondisi optimal. Dengan demikian produksi yang akan didapatkan sekitar 0,5 ha adalah sebanyak 5 ton jahe basah, dengan demikian bila dikelola secara baik, maka minimal tambahan yang akan didapatkan adalah sebanyak Rp. 72,5 juta per musim.
Dari perhitungan ini diperlihatkan bahwa pengembangan jahe di bawah tegakan karet signifikan bagi petani. Lebih dari itu, secara umum pengembangan jahe di bawah tegakan karet secara besar-besaran juga akan berkontribusi posiitif pada peningkatan produksi dan daya saing jahe kita.
Nilai tambah hasil jahe juga perlu difikirkan semenjak awal, bila hanya dijual dalam keadaan basah (segar) maka nilai tambahnya tidak begitu besar disamping mudah rusak. Penanganan pascapanen dengan mengolah menjadi simplisia perlu dijadikan komponen kegiatan pengembangan jahe ini, dengan demikian disamping meningkatkan nilai tambah juga memudahkan dalam transportasi dan distribusi, bisa disimpan dalam waktu lama.
Via : hortikultura.deptan.go.id
Tumpangsari Karet dengan Kayu Meranti
Di Kab.HSS - Kalimantan Selatan, petani membuat tumpangsari karet yang perakarannya tunjang kebawah dengan kayu Meranti asli daerah tersebut yang perakarannya menyebar/serabut.
Dicontohkannya, untuk lahan seluas satu hektare bisa ditanami sebanyak 676 pohon karet dan 625 pohon meranti. Untuk menyeimbangkan antara tanaman karet dan meranti, selayaknya meranti ditanam pada umur 3-5 tahun.
"Dari 676 tanaman karet tersebut dapat menghasilkan 15 kg persatu kali sadap dijual dengan harga Rp.12.000 per kg, maka tiap hari petani mendapatkan penghasilan Rp180.000," katanya.
Bila dalam satu bulan dapat menyadap 10 kali saja dapat penghasilan Rp.1.800.000 atau Rp. 21.600.000/tahun.
Kayu karet dalam jangka menengah apabila sudah tidak menghasilkan getah, kayunya dapat dijual untuk kayu bakar dengan harga Rp. 300 per potong dan dalam 1 pohon karet rata-rata dapat menghasilkan kurang lebih 300 potong atau Rp 90.000/pohon.
Adapun pohon Meranti dalam pertumbuhan tingginya 75 sentimeter per tahun, dalam kurun waktu 30 tahun Meranti dapat mencapai ukuran diameter 51 sentimeter dan tingginya 22,5 meter.
Bila dijadikan papan, kata dia, dapat menghasilkan 40 keping papan. Dengan asumsi harga per keping sekarang Rp 20.000/keping berarti keuntungan Rp 800.000 per batang pohon serta Rp.500.000.000 untuk harga 625 pohon seluruhnya.
Tidak Tebang Hutan
Dengan sistem tersebut, maka bisa memenuhi kebutuhan kayu meranti baik untuk industri maupun keperluan lain, pemerintah tidak perlu lagi menebangi hutan, karena seluruh kebutuhan kayu bisa dipenuhi dari hutan tanaman rakyat. memang akan mengurangi sedikit produksi getah karet, namun itu tidak masalah karena untuk jangka panjang masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan berlipat dari meranti.
Menurut dia, meranti merupakan salah satu jenis pohon yang memerlukan perlindungan saat pertama kali ditanam, sehingga cukup cocok bila ditanam secara tumpang sari dengan karet.
Via : disarikan dari beritadaerah.com/article/kalimantan/38408
Tumpangsari Karet dengan Semangka
Petani di Desa Martadah Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan membuat tumpangsari karet dengan semangka. Semangka varietas rembulan yang ditanam mampu memberikan hasil panen sebanyak 6 - 8 kali dalam sekali musim tanam sementara dalam setahun petani dapat melakukan tiga kali tanam bibit semangka.
Dengan luas lahan sekitar 1,5 hektare, mampu menghasilkan 30 ton semangka setiap sekali siklus tanam artinya dalam setahun mampu dihasilkan 90 ton buah. Dengan harga jual petani Rp4.700 perkilogram atau penghasilan sebesar Rp 423.000.000,.
Semangka varietas rembulan dikembangkan "East West Seed" yang bergerak dibidang pertanian, selain varietas riendow. Perbedaan antara keduanya terletak pada kuantitas buah. Pada varietas rembulan buah lebih besar sehingga jumlah buah sedikit sedangkan riendow jumlahnya lebih banyak dalam satu pohon.
Keunggulan kedua varietas adalah masa panen yang lebih singkat yaitu selama 65 hari, kemudahan melakukan proses perkawinan dengan semangka biji untuk menghasilkan bibit dan lebih tahan terhadap serangan hama. Kabupaten Tanah Laut dengan semangka mampu memasok bukan hanya untuk kebutuhan lokal Kalsel namun juga ke Kalteng dan Kaltim sehingga komoditas itu dapat menjadi komoditas unggulan provinsi.via : dedecandrawebsite.blogspot.com
Tumpangsari Karet dengan Nilam
Jika petani karet biasanya menutup areal pertanaman karetnya dengan tanaman kacang-kacangan (cover crop) yang kurang bernilai ekonomi, maka petani di Kabupaten Kotawaringin Propinsi Kalimantan Tengah malah memilih menanam nilam.
Tidak dipungkiri, nilam merupakan salah satu tanaman perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Prospek ekspor komoditi ini masih cukup besar, seiring semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika.
Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi (Agroindo, 2008).
Tanaman nilam, oleh petani, ditanam di sela-sela tanaman karet hingga berumur 3 tahun. Dan 6 bulan setelah menggarap dan menanam bibit nilam, petani di Kotawaring Timur sudah bisa mulai memanennya. Panen berikutnya dilakukan setiap 3 bulan.
Dengan asumsi petani menanam sebanyak 10.000 tanaman per hektar dan setiap pohon menghasilkan 1 kg daun basah, maka petani mendapatkan 10.000 kg setiap kali panen. Jika daun basah di tingkat pengumpul Rp. 1.300,- per kg maka penghasilan petani mencapai Rp. 13.000.000/panen/hektar.
Keuntungan akan lebih menarik jika petani menjual dalam bentuk minyak nilam. Maka keuntungan pertanaman nilam selama 3 tahun sama mensejahterakan dengan hasil tanaman karet itu sendiri.
Trik Tumpang Sari Karet-Nilam
Petani melaksanakan pembersihan lahan untuk menanam bibit karet yang dengan jarak tanam 4 meter x 6 meter. Lahan yang sudah bersih diberi ajir sesuai dengan jarak tanam.
Kemudian dibuat lobang dengan ukuran 30 cm x 30 cm. Setelah lahan dibersihkan dari bibit karet ditanam, lalu dilaksanakan penanaman nilam disela-sela tanaman karet dengan jarak tanam 1 meter x 1 meter. Setelah ditanam bibit karet maupun bibit nilam diberi kapur sebanyak 100 gram untuk setiap lobang tanam.
Pada tanaman nilam diberikan pupuk organo triba . Setelah tanaman nilam berumur satu bulan dilaksanakan penyiangan dan pembubunan.
Keragaman hayati yang dapat hidup dalam kebun karet Campuran
Sebagai contoh hasil penelitian World Agroforestry Centre, ICRAF pada kebun karet campur berumur 35 tahun yang masih produktif di desa Muara Kuamang, Kabupaten Bungo, Propvinsi Jambi ditemukan 116 jenis pohon dalam suatu plot seluas 1ha. Seperti jenis pohon Pulai, Medang, Meranti, Balam Merah, Kempas, Kulim, anakan Jelutung, yang untuk saat ini menjadi incaran penebang kayu untuk dijual. Apabila dibandingkan dengan hutan alam, luas bidang dasar kebun karet adalah lebih rendah karena tidak adanya pohon besar. Selain itu kebun karet rakyat menyediakan habitat yang nyaman bagi satwa seperti Burung Enggang Raja. Dan dari hasil studi pengamatan langsung burung yang hidup di dalam kebun karet campur yang dilaporkan oleh team konsorsium proyek RUPES-Bungo, 2006 ditemukan 167 jenis burung dan diantaranya dua jenis burung yang sudah hampir punah yaitu Lophura ignita dan Alcedo euryzona.
Hasil penelitian lain pada jenis pohon dan analisa struktur vegetasi pada sistem karet di daerah dataran rendah Sumatera dan beberapa studi menunjukkan relatif tingginya keragaman hayati di kebun karet rakyat dibandingkan pada kondisi pertanaman intensif dan perkebunan monokultur. Untuk vegetasinya keragaman di kebun karet rakyat dapat melindungi sekitar 50% dibandingkan hanya 0.5% saja di perkebunan monokultur. Sedangkan tingkat keragaman fauna tidak terdapat perbedaan antara hutan dan kebun karat rakyat. Sementara keragaman burung, kebun karet rakyat dapat melindungi sekitar 60% dari hutan alam. Via : kabarindonesia.com
Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa jenis burung yang menghendaki penutupan tajuk yang lebih terbuka, dan ketersediaan bermacam-macam bunga yang menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis burung. Akan tetapi banyak binatang yang menyusui (mammal) dijumpai di dalam kebun karet, kecuali gajah belum ditemukan. Studi terakhir yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negri Jakarta pada hamparan kebun karet campur tradisional Lubuk Beringin ditemukan 10 jenis kelelawar (8 jenis kalelawar buah dan 2 jenis kalelawar serangga).
Tumpangsari Karet dengan Semangka
Petani di Desa Martadah Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan membuat tumpangsari karet dengan semangka. Semangka varietas rembulan yang ditanam mampu memberikan hasil panen sebanyak 6 - 8 kali dalam sekali musim tanam sementara dalam setahun petani dapat melakukan tiga kali tanam bibit semangka.
Dengan luas lahan sekitar 1,5 hektare, mampu menghasilkan 30 ton semangka setiap sekali siklus tanam artinya dalam setahun mampu dihasilkan 90 ton buah. Dengan harga jual petani Rp4.700 perkilogram atau penghasilan sebesar Rp 423.000.000,.
Semangka varietas rembulan dikembangkan "East West Seed" yang bergerak dibidang pertanian, selain varietas riendow. Perbedaan antara keduanya terletak pada kuantitas buah. Pada varietas rembulan buah lebih besar sehingga jumlah buah sedikit sedangkan riendow jumlahnya lebih banyak dalam satu pohon.
Keunggulan kedua varietas adalah masa panen yang lebih singkat yaitu selama 65 hari, kemudahan melakukan proses perkawinan dengan semangka biji untuk menghasilkan bibit dan lebih tahan terhadap serangan hama. Kabupaten Tanah Laut dengan semangka mampu memasok bukan hanya untuk kebutuhan lokal Kalsel namun juga ke Kalteng dan Kaltim sehingga komoditas itu dapat menjadi komoditas unggulan provinsi.via : dedecandrawebsite.blogspot.com
Tumpangsari Karet dengan Nilam
Jika petani karet biasanya menutup areal pertanaman karetnya dengan tanaman kacang-kacangan (cover crop) yang kurang bernilai ekonomi, maka petani di Kabupaten Kotawaringin Propinsi Kalimantan Tengah malah memilih menanam nilam.
Tidak dipungkiri, nilam merupakan salah satu tanaman perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Prospek ekspor komoditi ini masih cukup besar, seiring semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika.
Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi (Agroindo, 2008).
Tanaman nilam, oleh petani, ditanam di sela-sela tanaman karet hingga berumur 3 tahun. Dan 6 bulan setelah menggarap dan menanam bibit nilam, petani di Kotawaring Timur sudah bisa mulai memanennya. Panen berikutnya dilakukan setiap 3 bulan.
Dengan asumsi petani menanam sebanyak 10.000 tanaman per hektar dan setiap pohon menghasilkan 1 kg daun basah, maka petani mendapatkan 10.000 kg setiap kali panen. Jika daun basah di tingkat pengumpul Rp. 1.300,- per kg maka penghasilan petani mencapai Rp. 13.000.000/panen/hektar.
Keuntungan akan lebih menarik jika petani menjual dalam bentuk minyak nilam. Maka keuntungan pertanaman nilam selama 3 tahun sama mensejahterakan dengan hasil tanaman karet itu sendiri.
Trik Tumpang Sari Karet-Nilam
Petani melaksanakan pembersihan lahan untuk menanam bibit karet yang dengan jarak tanam 4 meter x 6 meter. Lahan yang sudah bersih diberi ajir sesuai dengan jarak tanam.
Kemudian dibuat lobang dengan ukuran 30 cm x 30 cm. Setelah lahan dibersihkan dari bibit karet ditanam, lalu dilaksanakan penanaman nilam disela-sela tanaman karet dengan jarak tanam 1 meter x 1 meter. Setelah ditanam bibit karet maupun bibit nilam diberi kapur sebanyak 100 gram untuk setiap lobang tanam.
Pada tanaman nilam diberikan pupuk organo triba . Setelah tanaman nilam berumur satu bulan dilaksanakan penyiangan dan pembubunan.
Keragaman hayati yang dapat hidup dalam kebun karet Campuran
Sebagai contoh hasil penelitian World Agroforestry Centre, ICRAF pada kebun karet campur berumur 35 tahun yang masih produktif di desa Muara Kuamang, Kabupaten Bungo, Propvinsi Jambi ditemukan 116 jenis pohon dalam suatu plot seluas 1ha. Seperti jenis pohon Pulai, Medang, Meranti, Balam Merah, Kempas, Kulim, anakan Jelutung, yang untuk saat ini menjadi incaran penebang kayu untuk dijual. Apabila dibandingkan dengan hutan alam, luas bidang dasar kebun karet adalah lebih rendah karena tidak adanya pohon besar. Selain itu kebun karet rakyat menyediakan habitat yang nyaman bagi satwa seperti Burung Enggang Raja. Dan dari hasil studi pengamatan langsung burung yang hidup di dalam kebun karet campur yang dilaporkan oleh team konsorsium proyek RUPES-Bungo, 2006 ditemukan 167 jenis burung dan diantaranya dua jenis burung yang sudah hampir punah yaitu Lophura ignita dan Alcedo euryzona.
Hasil penelitian lain pada jenis pohon dan analisa struktur vegetasi pada sistem karet di daerah dataran rendah Sumatera dan beberapa studi menunjukkan relatif tingginya keragaman hayati di kebun karet rakyat dibandingkan pada kondisi pertanaman intensif dan perkebunan monokultur. Untuk vegetasinya keragaman di kebun karet rakyat dapat melindungi sekitar 50% dibandingkan hanya 0.5% saja di perkebunan monokultur. Sedangkan tingkat keragaman fauna tidak terdapat perbedaan antara hutan dan kebun karat rakyat. Sementara keragaman burung, kebun karet rakyat dapat melindungi sekitar 60% dari hutan alam. Via : kabarindonesia.com
Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa jenis burung yang menghendaki penutupan tajuk yang lebih terbuka, dan ketersediaan bermacam-macam bunga yang menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis burung. Akan tetapi banyak binatang yang menyusui (mammal) dijumpai di dalam kebun karet, kecuali gajah belum ditemukan. Studi terakhir yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negri Jakarta pada hamparan kebun karet campur tradisional Lubuk Beringin ditemukan 10 jenis kelelawar (8 jenis kalelawar buah dan 2 jenis kalelawar serangga).