Sepatu kayu dan sandal kayu sudah sejak dulu di Indonesia maupun di luar negeri.Dalam perkembangan selanjutnya sebagian masih digunakan untuk kegiatan sehari hari tetapi ada yang hanya untuk pajangan di dinding atau untuk oleh oleh dan souvenir .Di Indonesia sampai sekarang dibuat sandal/sepatu kayu dengan nama Bangkiak, Kelom Geulis. Berikut ini
disampaikan macam macam bentuk sepatu kayu.
Clogs-Belanda
Sepatu kayu untuk sang pengantin
Perancis, akhir abad 19
Dari lembah Bethmale (sebelah selatan kota Saint Girons, distrik Ariege), muncullah sepatu pengantin unik ini. Dibuat dari sebongkah kayu yang diambil dari pohon walnut beserta akarnya, para pria biasa menciptakan sepatu ini untuk calon pengantinnya kelak. Dikatakan bahwa semakin tinggi ujungnya, maka semakin besar pula rasa cinta sang pria pada calon istrinya.
Jepang, abad 18 – sekarang
Lama sebelum tahun 1970an dan sepatu platform lahir, para maiko (geisha magang) selalu mengenakan Okobo atau bakiak. Alasan mengenakannya semata-mata bukan hanya demi alasan fashion semata, namun juga untuk alasan praktis. Mereka mengenakan Okobo karena tak ingin kimono mahal yang dikenakan jadi kotor akibat lumpur jalanan. Okobo dibuat dari sebatang kayu yang dibentuk menyerupai tapak sepatu. Biasanya kayu tersebut diselesaikan apa adanya, namun banyak juga yang bahkan tak dipernis sama sekali.
Namun, selama musim panas, maiko biasanya mengenakan Okobo hitam yang telah dipernis. Tinggi sepatu Okobo umumnya mencapai 14 cm, dan sol kayunya diukir cekung, sehingga menimbulkan bunyi tersendiri ketika dipakai berjalan.
Faktanya, kata Okobo sendiri diambil sebagai perwakilan dari bunyi yang timbul saat sepatu dipakai jalan. Bentuk tali A V (mirip sandal jepit) biasanya dipilih, sedangkan warna talinya disesuaikan dengan status maiko. Untuk maiko baru akan mengenakan Okobo tali merah, sedang yang hampir menyelesaikan magangnya menggunakan tali kuning.
Padukas
India, tahun 1700an
Padukas termasuk alas kaki tertua dan mewah di India. Lebih dari sekedar sol dengan tonggak dan kenop, alas kaki ini umumnya dibuat dari bahan perak, kayu, besi, atau bahkan gading.
Sepatu kulit pohon
Finlandia, pertengahan abad 20
Pada permulaan abad 20, para wanita mengenakan kulit kayu sebagai alas kaki sehari-hari, tentunya dengan lapisan kain pada bagian dalamnya. Tak hanya itu, kain juga digunakan untuk melindungi lapisan kulit sepatu dari hujan, lumpur, dan salju. Biasanya sepatu ini dibuat dari kulit pohon Birch, namun bisa juga dari kulit pohon kapur atau linden (daunnya berbentuk hati). Norwegia, Swedia, dan bahkan Rusia memiliki versi masing-masing untuk jenis sepatu ini. Masa hidup sepatu kulit pohon tersebut biasanya hanya sekitar 1 minggu saja.
Sepatu Kayu Modern (pengembangan darii Clogs)
Chanel merupakan salah satu pencetus trend bersepatu clog di tahun 2010 ini. Lewat pagelaran busananya untuk Spring/Summer 2010 lalu, rumah mode kelas dunia ini berhasil menghipnotis para fashionista untuk melirik kembali sepatu yang terbuat dari kayu dan kulit tersebut. Dengan desain unik - clog Chanel ada yang dihiasi stud dan pearls - tak heran jika sepatu clog Chanel terjual habis dalam sekejap setelahnya. Bahkan brand seperti Zara dan Topshop juga ikut membuat clog dengan harga yang lebih terjangkau.
Alexa Chung, serta si kembar trendsetter, Mary Kate – Ashley Olsen, adalah sekian dari selebriti Hollywood yang gemar memakai sepatu clog. Dengan menggunakan sepatu clogs berdetil unik ditambah outfit santai, gaya mereka dapat menginspirasi jutaan perempuan di dunia untuk bergaya stylish di musim panas ini.Sebagai contoh, celana skinny dan loose t-shirt polos atau short dress ditambah jaket jeans, keduanya tampak seperti gaya yang membosankan. Namun dengan paduan sepatu Clog, kedua gaya tersebut otomatis akan terlihat lebih stunning. Clog memang sudah menjadi 'sesuatu' dalam gaya Anda, jadi mencari outfit yang sesuai bukanlah hal yang sulit. So be bold with clog! (pfa)