Jumat, 12 April 2013

Kayu Dinyatakan Punah, Ditemukan di Sumatera Utara




                                   Dipterocarpus alatus, kerabat dekat Dipterocarpus cinereus Sloot.

Ekspedisi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Pulau Mursala, Tapanuli Barat, Sumatera Utara, menemukan lagi pohon kayu keras jenis meranti, Dipterocarpus cinereus Sloot, yang dinyatakan punah tahun 1998. Penyelamatan keanekaragaman hayati diyakini belum terlambat.
”Hanya sedikit pohon itu yang tersisa di Pulau Mursala. Perlu diselamatkan,” kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mustaid Siregar, Rabu (10/4/2013), di Bogor, Jawa Barat. Penyelamatan hayati untuk menemukan manfaat lain yang lebih besar.

Menurut anggota tim ekspedisi Yayan Wahyu, masyarakat lokal menyebut pohon kayu tersebut sebagai keruing. Jenis kayu itu bernilai ekonomi tinggi dengan jumlah yang sudah sedikit di habitatnya di Pulau Mursala.

Tim ekspedisi terdiri atas kelompok peneliti Reintroduksi dan Restorasi Kebun Raya Bogor. Mereka adalah Yayan Wahyu C Kusuma, Wihermanto, Selin Siahaan, dan Rahmat. Tim ekspedisi ingin memastikan keberadaan jenis pohon kayu yang sudah dinyatakan punah itu.

Berdasarkan catatan herbarium, pohon itu pertama kali ditemukan pegawai Jawatan Kehutanan berkebangsaan Belanda, AV Theunissen, tahun 1916. Sebelas tahun berlalu, jenis pohon yang saat itu sudah tergolong sedikit ini diidentifikasi Dirk Fok van Slooten. Tahun 1998, Lembaga Konservasi Alam Dunia (IUCN) menyatakan jenis pohon ini hilang atau punah.

Menurut Mustaid, Indonesia wajib menjalankan konvensi internasional mengenai penyelamatan keanekaragaman hayati atau Convention on Biological Diversity (CBD). Hal itu, antara lain, karena telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.

Peringkat Indonesia

Data terbaru dari daftar merah IUCN tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat ke-5 bersama Brasil sebagai negara dengan jumlah tumbuhan terancam kepunahan tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 393 jenis tumbuhan dari total 1.063 jenis tumbuhan terancam punah. Jumlah itu meningkat 1,7 persen dibandingkan dengan tahun 2010.

Mustaid menyebutkan, tim ekspedisi Pulau Mursala menemukan lebih dari 70 koleksi tumbuhan dengan 200 spesimen. Setidaknya, tujuh jenis pohon meranti-merantian (Dipterocarpaceae) langka sesuai daftar merah IUCN telah ditemukan.

Di Sumatera, teridentifikasi 8 marga dan 112 jenis tumbuhan dalam suku Dipterocarpaceae. Sebanyak 12 jenis di antaranya tercatat terdapat di Pulau Mursala. ”Tim ekspedisi menemukan 10 jenis,” kata dia.

Kesepuluh spesies Dipterocarpaceae tersebut meliputi Dipterocarpus cinereus Sloot (sudah dinyatakan punah). Selebihnya, sebagian besar terancam punah yang meliputi Dipterocarpus caudatus Foxw. s.sp. penangianus (Foxw) Ashton, Dipterocarpus kunstleri King, Vatica perakensis King, Vatica pauciflora Blume, Dryobalanops aromatica C.F. Gaertn, Dryobalanops oblongifolia Dyer, Shorea parvifolia ssp. parvifolia, Shorea macrantha Brandis, dan Hopea cf bancana (Boerl.) Sloot.

”Keberadaan kebun raya tematik pohon meranti-merantian termasuk sangat mendesak untuk diwujudkan,” kata Mustaid.Via ; kompas.com

Tambahan : 


Menjaga kayu di hutan lebih aman bila difungsikan dengan pariwisata.Gambar ini adalah jembatan goyang di Vancouver, Canada.Pengunjung/wisatawan dapat melihat pemandangan hutan dari pohon ke pohon di ketinggian 30 meter.


Pohon survival di areal kecil


tempat arang pembakaran yang cinta hutan, desain Melissa Crisp